Media komunikasi IPPMP-MS: Pangaribuan - Medan Sekitarnya

Hilangkan Kekhawatiranmu

Horas…… IPPMP-MS
Hilangkan Kekhawatiranmu (untuk yang akan mengikuti SBMPTN)

Saya yakin tidak jarang dari kita sering merasa kuatir. Hal tersebut memang dapat dimaklumi karena sejarah juga membuktikan bahwa negara-negara yang paling maju sekalipun terus mengembangkan teknologi persenjataannya guna menghalau segala kemungkinan terburuk.

Kekuatiran selain merugikan, juga juga menjadi pendorong untuk persiapan yang matang dalam melakukan sesuatu hal dalam kegiatan kita. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya ketakutan akan konsekuensi terhadap apa yang kita kerjakan.

Hilangkan Kekhawatiranmu
Pada tahun 2000, ketika saya ( Ganda Gultom) duduk di bangku SMU, saya masih 'enjoy' atau belum memikirkan bagaimana masa depan saya. Kekuatiran masih sebatas bisa tidaknya PR yang diberikan oleh guru selesai tepat waktu. Tetapi ketika ijazah SMU berada di genggaman, saya kemudian dihadapkan pada persiapan melanjutkan studi alias kuliah. Saat itu, orangtua saya mengharapkan saya kuliah di perguruan tinggi negeri dengan alasan yang masuk akal 'biaya pendidikan yang murah'. Saat itu juga sudah mulai muncul kekuatiran. Saya kuatir akan kegagalan untuk masuk perguruan tinggi negeri dan juga kuatir tidak bisa kuliah karena orangtua mungkin merasa anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran di universitas. Setelah pengumuman hasil SPMB (sekarang SBMPTN), kekuatiranku terjawab sudah ketika beberapa kali membolak-balik koran lokal namun nomor ujian dan nama saya tidak pernah tampak. Pada akhirnya saya kembali ke kampung halaman, membantu orang tua bekerja di ladang dan sawah.

Setengah tahun di kampung, setengah tahun juga lamanya saya asyik dalam angan "seandainya bisa kuliah di perguruan tinggi negeri, orang tua maupun keluarga terdekat merasa sangat bangga dan cewek cantik pun akan banyak yang mengenalkan diri ". Angan tesebut terus merasuki pikiran saya selama setengah tahun baik di rumah, di ladang, dan di mana pun saya berada. Namun demikian, saya sering dapat pujian orang-orang di kampung. Menurut mereka saya termasuk orang yang rajin bekerja dan bisa diandalkan di ladang dan sawah. Karena itu, tidak sedikit yang menyarankan saya untuk segera menikah dan mengolah tanah warisan. Saran itu menurut saya tidak masuk akal tapi bagaimanapun harus dihadapi dengan senyuman, hee....

Seiring berjalannya waktu, saya mulai berpikir "bagaimana jika semangat saya bekerja di ladang dan sawah diterapkan juga di ruangan bimbingan belajar, apakah itu akan berhasil?". Pikiran itu selalu menyemangati saya.

Suatu malam, ibu saya menyarankan agar saya mengikuti bimbingan belajar dan pada saat itu juga dalam hati saya katakan "ya, saya akan ke Medan lagi dan akan serius mengikuti bimbingan belajar". Tidak lama kemudian saya berangkat ke Medan dan mendaftarkan diri untuk mengikuti bimbingan belajar. Saya selalu yakin kalau sesuatu dikerjakan dengan serius dan diiringi dengan doa, maka tidak ada tempat untuk kekecewaan. Dengan keyakinan tersebut, saya mulai serius belajar, mulai rajin mengikuti diskusi dan juga mengesampingkan rasa malu untuk bertanya. Banyak bertanya membuat saya cepat paham dan pada akhirnya banyak teman-teman yang menanyakan pada saya mengenai penyelesaian soal-soal ujian. Pada prinsipnya banyak bertanya maka banyak yang akan bertanya. Kepercayaan diri pun semakin bertumbuh ketika masuk ranking dua puluh besar dalam beberapa kali ujian Try Out. Semakin dekat ujian SPMB, semakin semangat membahas soal-soal ujian, dan semakin dekat pula rasanya impian kuliah di perguruan tinggi negeri.

Ketika tiba saatnya untuk ujian 'final' nya, kembali kekuatiran datang walaupun tidak sebesar dulu ketika persiapan yang bisa dikatakan 'nol'. Dalam pikiran sering terlintas " bagaimana kalau gagal, tidak mungkin rasanya mengulang lagi di tahun depan, bagaimana ya.. ini kesempatan terakhir, bagaimana kalau gagal?". Pertanyaan-pertanyaan kita yang seperti itu memang manusiawi dan mungkin dialami semua orang dalam menghadapi berbagai ujian 'final' dalam hidup. Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak perlu lama di pelihara dalam pikiran kita. Apabila dipelihara, maka itu menggerogoti rasa percaya diri, membuang banyak waktu, dan juga akan membuyarkan konsentrasi. Hal itu tentunya bisa menggagalkan kita sampai di garis finis walaupun sudah tinggal beberapa langkah lagi.

Pertanyaan-pertanyaan atau kekuatiran itu berhasil saya atasi dan pada akhirnya orang tua dan keluarga mengadakan acara syukuran tiga hari setelah pengumuman hasil ujian SPMB.


oleh: Ganda Gultom
Bekerja di Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI

Related Posts